#menubar{ width:900px; height:32px; background:#de360f; margin: 0 auto; } #menubar ul{ float:left; margin:0; padding:0; } #menubar li{ float:left; list-style:none; margin:0; padding:0; } #menubar li a, #menubar li a:link{ border-right:1px solid #F0512D; float:left; padding:8px 12px; color:#fff; text-decoration:none; font-size:13px; font-weight:bold; } #menubar li a:hover, #menubar li a:active, #menubar .current_page_item a { color:#ffa500; text-decoration:underline; } #menubar li li a, #menubar li li a:link, #menubar li li a:visited{ font-size: 12px; background: #de360f; color: #fff; text-decoration:none; width: 150px; padding: 0px 10px; line-height:30px; } #menubar li li a:hover, #menubar li li a:active { background: #F0512D; color: #ffa500; } #menubar li ul{ z-index:9999; position:absolute; left:-999em; height:auto; width:170px; margin-top:32px; border:1px solid ##F0512D; } #menubar li:hover ul, #menubar li li:hover ul, #menubar li li li:hover ul, #menubar li.sfhover ul, #menubar li li.sfhover ul, #menubar li li li.sfhover ul{ left:auto } #menubar li:hover, #menubar li.sfhover{ position:static }

Pages

Ads 468x60px

Wednesday, January 9, 2013

Cerpen tentang biografi orang


AKU BUKAN WANITA SUPER

          Ting… Tong… Ting… Tong…
          Bel rumah Khanza berbunyi. Eh… eh sipa dia?
          Dia adalah tukang gas.
          Khanza muncul dari balik pintu dengan beberapa uang sepuluh ribuan di tangannya. Lalu ia berikan kepada tukang gas tadi. Eh, setelah dapat uangnya, orang itu malah pergi. Padahal tabung gas seberat 18 kg itu masih berdiri tegak tak pantang menyerah di hadapan Khanza. Khanza Cuma geleng-geleng kepala. Lalu mengangkatnya sendiri ke dalam rumah. Maklum di rumah Khanza, Cuma ada dirinya dan Bang Ryan yang masih tertidur nyenyak di kamarnya. Orang tuanya Khanza lagi ke luar negeri gitu deh.
          “Hmm… hadoooh…,” Khanza menarik napas setelah berjuang mengangkat gas yang beratnya selangit.
          “Hmm… lumayan juga, nggak berat-berat amat kok!” katanya.
          Bang Ryan turun dari kamarnya setelah berpulas-pulas tidur.
          “Khanza, gasnya udah datang? Masak dih! Ntar aku antarin kamu kesekolah.” Sambil memasangkan tabung gas tadi ketempat yang seharusnya yaitu kompor.
          “Beuh, aku kan dijemput Echa, teman sebangku aku.”
          “Hehehehe… oh iya yah! Eh, tangan kamu kok merah-merah?”
          ‘Ya iya laaaah… abis ngangkat tabung gas!”
          “Serius lah?”
          “Ntah lah!”
          Bang Ryan langsung diam. Dia ngebayangin muka adeknya pas ngangkat gas dari depan rumah sampai dapur. Dan pastinya dia percaya gak percaya. “Aku aja nggak kuat. Masa sih, si Khanza bisa?” kata Ryan dalam hati.
          30 menit kemudian….
          Tersengar suara klakson mobil di depan rumah. Dan itu menandakan kalau Echa udah jemput.

****
Di jalan, terasa mobilnya Echa ndut-ndutan tanda mogok.
          “Cha, mobil kamu kenapa?”
          “Kenapa ya? Aduuh… kacau!”
          “Why? What happened?”
          “Kamu jangan marah ya! Tadi pagi aku iseng bilang sama si Ayah kalau aku pengen nyobain mobil mogok.”
          “What? Oh, no! iseng amat kamu ngomong gitu.”
          “Kan tadi aku bilang, kalau aku iseng.” Echa terdiam sejenak dan… TRING! Dia menemukan ide. “Zha, kamu mau kan dorongin mobil aku? Sampai bengkel depan sono…”
          “Enak aja. Kamu kira ni mobil ringan apa?”
          “Hehehe… beramal dikit gituuu…!”
          Khanza pun turun dari mobil. Merelakan tenaganya terbuang demi seorang teman.
          Melewati jembatan yang nanjak. Tapi Khanza bisa mendorong mobil Echa dengan kecepatan yang lumayan. Tidak sampai 6 menit udah sampai di puncak jembatan (weiss kereen euy!).
          “Cha, naik sini! Udah mau turun.”
          Khanza celingak-celinguk. Saking asyiknya ngedorong mobil, jadi nggak merhatiin jalan deh. “Oh udah ya?”
          “iya, kalau turun kan nggak usah didorong.”
          “Emm… ternyata mobil kamu nggak berat-berat amat.”
          “O ya?”
          Khanza mengangguk.
          Dan akhirnya, mereka menemukan bengkel diujung jembatan. Mereka pun menitipkan mobilnya disana karena waktu tidak memungkinkan untuk menunggu mobilnya disana.

****
“Aduuh… istirahat kapan sih Cha?”
Echa menggelengkan kepala, bukan tanda gak tau. Tapi dia udah hapal sama tingkah Khanza yang terus menghentak-hentakkan kakinya ke meja.
“Pasti kamu kebelet pipis lagi, kan?”
“Iyaaaaa… udah nggak tahan.”
Bel pun berbunyi.
Khanza dengan sigap menancapkan gas menuju toilet. Sampai-sampai juara lari sedunia pun kalah kayaknya (hehehe).
“Aduuh… legaaa!” Khanza membuka pintu toilet dan…
“Tolooong… toloooooong! Aku kekunci!!” teriak cewek ditoilet sebelah.
Khanza cepat-cepat mengetuk pintu toilet itu.
Tok… tok… tok…”Woi! Kamu kenapa?”
“Tolong bukain pintu, aku kekunci!”
“Bentar, Bro! aku cari bala bantuan.” Tapi mendengar aba-aba dari wasit, Khanza langsung sprint keluar sekolah.
Di depan ruang guru dia melihat Pak Aryo.
“Pak Aryo… bantuin, Pak! Ada cewek kekunci di toilet.”
“Are you sure?”
“Iyess Pak!”
Kemudian dua makhluk itu pun berlari ke depan toilet. Tiba-tiba Pak Aryo memundurkan kakinya sebanyak dua langkah. Tampak keraguan di mata Pak Aryo.
“Kenapa Pak?”
“Bapak takut masuk toilet wanita.”
“Halah! Buat bantuin orang lain kok takut.”
“Hmm… sebentar, Khanza! Bapak panggil yang lain sebagai saksi.” Seru Pak Aryo.
“Dikira ini pernikahan, pakai saksi segala.”
5 menit kemudian…
Kepala sekolah, Pak Aryo plus murid-murid yang lain datang.
“Khanza… Khanza… Khanza… ada apa ini Khanza Amelia Wulansari Widya Kusuma Ningrat? Kamu cari masalah lagi, ya?” Tanya Pak Hasan, Kepala sekolah Khanza.
“Yee… bapak curigaan amat sih. Harusnya bapak berterima kasih sama aku. Kalau aku nggak ketoilet, nih cewek nggak akan ketahuan lagi kekunci.”
“Toloong… toloong… bukain pintunya!”
“Tuh kan Pak! Dia kekunci!”
“Eh sudah, ayo kita tolong gadis itu.” Pak Aryo menengahi.
“Dobrak aja! Dobrak! Dobrak!” sahut salah seorang murid.
“Yasudah sini aku ajak yang dobrak pintunya, awaas!.” Kata Khanza.
“Emang kamu bisa Khanza?” sahut Pak Hasan.
Khanza pun mencoba mendobrak dan…
Krek… krek… krek… braak! Pintunya terbuka.
Semua orang bersorak termasuk Khanza. “Yee…!!”
“Thanks banget, ya! Hiks… hiks…” cewek yang terkunci tadi memeluk Khanza sambil menangis.

****
Keesokan hari disekolah…
“Ciee… wanita super datang!” celetuk salah satu teman Khanza saat Khanza baru datang dan menginjakkan kakinya di bulan eh di kelas. Tapi dia nggak ngeh kalau celetukan itu untuknya.
“Pagi Cha! Mobil kamu udah sembuh belum?”
“Pagi wanita super. Belum tuh, sebel banget.”
“Eh, apa tadi? Wanita super? Siapa tuh?”
“Ya, kamu lah, siapa lagi.”
“AKU? Kenapa aku?”
Iyaa… kemarin kan kamu yang berhasi ngedobrak pintu toilet.”
“Oh, jadi gara-gara itu? Kenapa harus wanita super sih?”
“Daripada cat woman, kamu kan bukan kucing.”
“Iya, tapi kan masih banyak panggilan yang lain kayak Wonder Woman, Super Girl, Wonder Girl, atau apa kek yang Inggrisan dikit.”
“Yee… kamu orang Indonesia apa Inggris?”
“Ya udahlah, nggak papa. Aku ikhlasin, kali aja aku jadi eksis hehehe…”

****
Keesokan harinya, di kelas.
“Anak-anak, aneusomi biasa terjadi pada manusia. Beberapa peristiwa aneusomi antara lain, Sindrom Turner, Sindrom Klinifelter, Sindrom Edwards, Sindrom Patau, Sindrom Down, dan Sindrom Wanita Super.”
Mendengar penjelasan dari Pak Eddy membuat semua anak di kelas Khanza langsung pada tertawa. Pak Eddy terheran-heran dengan tingkah anak didiknya.
“Pak, Khanza terkena sindrom wanita super tuh!” celetuk salah satu seorang anak cowok.
Mata Khanza langsung terbelalak. Dia tidak mengira kalau ternyata ada sindrom seperti itu. Dia penasaran sindrom apakah itu. “Pak, sindrom wanita super itu apa?”
“Oh itu, sindrom kelebihan kromosom X. Jadi, dalam tubuhnya terdapat kromosom XXX. Itu terjadi karena gagal berpisah atau non disjunction.”
“Ciri-cirinya apa, Pak?”
“Ya, seperti wanita biasa. Hanya saja nantinya tidak bisa mempunyai anak.”
“Serius, Pak?”
“Kamu kenapa sih, Khanza?”
Khanza menggelengkan kepala, “Gak papa, Pak.”
Dia langsung memegang tangannya Echa dan berbisik, “Aku nggak mau kayak gitu.”
Echa menahan tawa melihat tinggkah temannya itu.
“Heh, kok malah ketawa sih?” khanza kesal.
“Abis kamu lucu. Ya, kamu nggak akan kayak gitu lah. Orang itu cuma julukan kamu saja.”
“Tapi, aku nggak mau cuma gara-gara julukan aku itu, aku jadi mandul.”
“Terserah kamu. Tapi aku jamin kamu nggak akan kayak gitu, wanita super.”
“Grr… berhenti panggil aku dengan sebutan itu, aku nggak suka! Aku nggak mau!”
“Ssst… Khanza, Echa, jangan ngobrol! Kalau mau ngobrol diluar sana!” tegur Pak Eddy yang merasa terganggu dengan percakapan mereka.

****
“Khanza!” panggil Kevin di depan gerbang, saat mereka berdua sama-sama baru datang.
“Kevin? Kamu udah sembuh?”
“Ya udahlah… kalau belum mah, aku nggak bakal sekolah.”
“Oh iya yah!”
“Thanks banget ya, wanita super.”
Mendengar Kevin memanggilnya dengan sebutan itu, Khanza tiba-tiba lari sambil menutup telinganya, “Jangan panggil aku dengan sebutan itu lagi!”
Kevin terlihat bingung.
Di depan ruang guru dia bertemu Echa. “Cha, si Khanza kenapa ya? Pas aku panggil dia wanita super kok dia langsung lari?”
Echa pun menceritakan kejadian kemarin pada Kevin. Kevin manggut-manggut, sekarang dia mengerti kenapa sebabnya.

*) Kevin adalah cowok yang disukai Khanza sejak SMP.

****
Jam istirahat, di kantin.
“Zha, aku nggak bermaksud manggil kamu kayak gitu. Tapi sungguh, aku benar-benar kagum sama kamu. Kamu tuh memang wanita super abis. Keren banget! Kamu mau ya, maafin aku.” Pinta Kevin sambil memegang tangan Khanza.
Jantungnya Khanza berdebar kencang banget. Sebenarnya dia pengen teriak sekencang-kencangnya gara-gara tangannya dipegang Kevin. Tapi gengsi dong! Jadi  jaim aja.
“Iya… iya…!! Tapi aku minta sama kalian, Kevin, Echa, buat janji sama aku. Jangan pernah manggil aku dengan sebutan itu lagi!”
Tapi mereka berdua pura-pura nggak mendengar kata-kata Khanza.
“Kalian dengar nggak sih?”
“Heh? Iya, aku dengar kok, Zha,” sahut Kevin.
“Emm… baguslah kalau gitu. Aku mau beli minum dulu, haus.”
“Aku… aku mau nitip minum juga,” kata Echa
“Aku juga.” Kevin ikut-ikutan.
“Siip!” Khanza berjalan menuju stand minuman sambil mengacungkan jempol.
“Thanks ya, wanita super!” teriak Kevin dan Echa. Membuat si wanita super membalikkan dan berlari dengan tangan siap mencabik-cabik mereka berdua. Tapi dengan kecepatan penuh, Kevin dan Echa menghindari Khanza. Dan terjadilah kejar-kejaran di kantin.
“Ah… kalian kan udah janji sama aku!”
“Udah lupa tuh!” ledek Echa.
“Kalian jahat!”
Anak-anak yang lagi di kantin saling bersorak-sorai mendukung si wanita super. Malah ada yang sampai taruhan, “Pasti wanita super yang menang.”
“Wanita super!”
“Wanita super!”
“Wanita super!”
Khanza langsung menghentikan kakinya dan saking kesalnya, dia meremas rambutnya sambil berteriak, “JANGAN PANGGIL AKU WANITA SUPER LAGI!!!”

No comments:

Post a Comment